Ilmu Sosial Dasar
Nama : Aditya Dwi Nugroho
Dosen : Ahmad Nasher
Universitas Gunadarma
Perkembangan IPTEK harus diikuti dengan Kekokohan Iman |
Perkembangan
IPTEK, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan IPTEK (Agus,1999). Agama yang dimaksud disini
ialah agama Islam, yaitu agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhamad
SAW, untuk mengatur manusia dengan penciptannya (dengan aqidah dan aturan
ibadah), hubungan manusia dengan dirinya sendiri (dengan aturan akhlak,
makanan, dan pakaian), dan hubungan manusia dengan manusia lainya (dengan
aturan mu’amalah dan uqubat/ sistem pidana). (An-Nabhani, 2001)
Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang melandasi hubungan keduanya, terdapat 3 (tiga) paradigma hubungan antara agama dan IPTEK, (yahya Farghal, dikutip dalam M. Shiddiq Al jawi 2005), yaitu:
A. Paradigma Sekuler
Paradigma Sekuler yaitu paradigma yang memandang agama dan IPTEK terpisah satu sama lain. Sebab dalam ideologi sekularisme bbgarat, agama telah dipisahkan dari kehidupan (fashl al-din and al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tetapi hanya dibatasi peranannya dalam hubungan pribadi manusia dengan Tuhannya. Agama tidak mengatur hal umum atau publik, maka dari itu paradigma ini memandang agama dan IPTEK tidak bisa dicampuri dan mengintervensi yang lainya. Agama dan IPTEK sama sekali terpisah baik secara otonologis (berkaitan dengan pengertian atau hakikat suatu hal), epistemologis (berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan).
B. Paradigma Sosialis
Paradigma Sosialisyaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafsirkan eksitensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada dus, tidak ada hubungan dan kaitan apapun dengan IPTEK. Iptek bisa berjalan secara idependen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler diatas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu dinafikan keberadaanya, tapi hanya dibatasi paranannya dalam hubungan vertikal manusia-tuhan. Sedangkan dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist)dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Berdasarkan paradigma inilah agama tidak ada sangkut pautnya dengan IPTEK. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialisdi dasarkan pada ide dasar materialisme, khususnya materialisme dialektis.
C. Paradigma Islam
Paradigma Islam yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang terdapat dalam Al-quran dan Al-hadist menjadi idah fikrinya (landasan fikiran), yaitu suatu asas yang diatasnya dibangun seluruh bangunan fikiran dan ilmu pengetahuan manusia (An-nabhani, 2001)
Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun (artinya):
“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan”. (QS. Al-Alaq [96]: 1)
Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari aqidah Islam, karena iqra haruslah dengan bismirabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas aqidah Islam (Al-Qashash, 1995: 81).
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa kata putus dalam ilmu pengetahuan bukan berada pada pengetahuan atau filsafat manusia yang sempit, melainkan berada pada ilmu Allah yang mencakup dan meliputi segala sesuatu ( Yahya Farghal, dikutip dalam M.siddiq Aljawi 2005). Firman Allah SWT:
Artinya: “Dan adalah (pengetahuan) Allah maha meliputi segala sesuatu”. (QS. Anisaa [4]: 126).
Itulah paradigma yang dibawa Rasulullah SAW (w. 632 M) yang meletakan aqidah Islam yang berasas Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah SAW sebagai asas ilmu pengetahuan. Beliau mengajak, memeluk aqidah islam lebih dulu, lalu setelah itu menjadikan aqidah tersebut sebagai pondasi dan standar bagi berbagai ilmu pengetahuan. Dengan jelas kita tahu bahwa Rasulullah SAW telah meletakan aqidah Islam sebagai dasar ilmu pengetahuan, sebab beliau menjelaskan, bahwa fenomena alam adalah tanda keberadaan dan kekuasaan Allah, tidak ada hubungannya dengan nasib seseorang. Hal ini sesuai dengan aqidah muslim yang tertera dalam Al-Quran:
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal”.(QS. Al-Imran [3]: 190).
Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang melandasi hubungan keduanya, terdapat 3 (tiga) paradigma hubungan antara agama dan IPTEK, (yahya Farghal, dikutip dalam M. Shiddiq Al jawi 2005), yaitu:
A. Paradigma Sekuler
Paradigma Sekuler yaitu paradigma yang memandang agama dan IPTEK terpisah satu sama lain. Sebab dalam ideologi sekularisme bbgarat, agama telah dipisahkan dari kehidupan (fashl al-din and al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tetapi hanya dibatasi peranannya dalam hubungan pribadi manusia dengan Tuhannya. Agama tidak mengatur hal umum atau publik, maka dari itu paradigma ini memandang agama dan IPTEK tidak bisa dicampuri dan mengintervensi yang lainya. Agama dan IPTEK sama sekali terpisah baik secara otonologis (berkaitan dengan pengertian atau hakikat suatu hal), epistemologis (berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan).
B. Paradigma Sosialis
Paradigma Sosialisyaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafsirkan eksitensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada dus, tidak ada hubungan dan kaitan apapun dengan IPTEK. Iptek bisa berjalan secara idependen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler diatas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu dinafikan keberadaanya, tapi hanya dibatasi paranannya dalam hubungan vertikal manusia-tuhan. Sedangkan dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist)dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Berdasarkan paradigma inilah agama tidak ada sangkut pautnya dengan IPTEK. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialisdi dasarkan pada ide dasar materialisme, khususnya materialisme dialektis.
C. Paradigma Islam
Paradigma Islam yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang terdapat dalam Al-quran dan Al-hadist menjadi idah fikrinya (landasan fikiran), yaitu suatu asas yang diatasnya dibangun seluruh bangunan fikiran dan ilmu pengetahuan manusia (An-nabhani, 2001)
Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun (artinya):
“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan”. (QS. Al-Alaq [96]: 1)
Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari aqidah Islam, karena iqra haruslah dengan bismirabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas aqidah Islam (Al-Qashash, 1995: 81).
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa kata putus dalam ilmu pengetahuan bukan berada pada pengetahuan atau filsafat manusia yang sempit, melainkan berada pada ilmu Allah yang mencakup dan meliputi segala sesuatu ( Yahya Farghal, dikutip dalam M.siddiq Aljawi 2005). Firman Allah SWT:
Artinya: “Dan adalah (pengetahuan) Allah maha meliputi segala sesuatu”. (QS. Anisaa [4]: 126).
Itulah paradigma yang dibawa Rasulullah SAW (w. 632 M) yang meletakan aqidah Islam yang berasas Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah SAW sebagai asas ilmu pengetahuan. Beliau mengajak, memeluk aqidah islam lebih dulu, lalu setelah itu menjadikan aqidah tersebut sebagai pondasi dan standar bagi berbagai ilmu pengetahuan. Dengan jelas kita tahu bahwa Rasulullah SAW telah meletakan aqidah Islam sebagai dasar ilmu pengetahuan, sebab beliau menjelaskan, bahwa fenomena alam adalah tanda keberadaan dan kekuasaan Allah, tidak ada hubungannya dengan nasib seseorang. Hal ini sesuai dengan aqidah muslim yang tertera dalam Al-Quran:
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal”.(QS. Al-Imran [3]: 190).
Inilah paradigma Islam yang menjadikan aqidah Islam sebagai dasar segala pengetahuan seorang muslim. Paradigma inilah yang telah mencetak muslim-muslim yang taat dan soleh, tetapi sekaligus cerdas dalam IPTEK. Itulah hasil dan prestasi cemerlang dari paradigma Islam ini yang dapat dilihat pada masa kejayaan IPTEK dunia Islam antara tahun 700-1400 M. Pada masa inilah dikenal nama Jabir bin Hayyan (w. 721) sebagai ahli kimia termasyhur, Al-Khawarzmi (w. 780) sebagai ahli matematika dan astronomi, Al-Battani (w. 858) sebagai ahli astronomi dan matematika, Al-Razi (w. 884) sebagai pakar kedokteran Ophtamologi, dan kimia. Tsabit bin Qurrah (w. 908) sebagai ahli kedokteran dan tekhnik, dan masih banyak lagi (tentang kejayaan IPTEK dunia Islam, lihat misanya: M. Natsir Arsyad, 1992; Hossein Bahreisj, 1995; Ahmed dkk, 1999; Eugene A. Myres 2003; A. Zahoor, 2003; Gunadi dan Shoelhi, 2003).
Seiring dengan perkembangan zaman, kehidupan manusia juga mengalami perkembangan dan
mengalami perubahan positif dan perubahan negatif. Teknologi yang muncul
saat ini merupakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut
metode ilmiah. Sedangkan teknologi
adalah pengetahuan dan keterampilan yang merupakan
penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan
iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan iptek.
Perkembangan iptek saat
ini meliputi berbagai bidang diantaranya meliputi bidang komunikasi, kesehatan,
transportasi dan bidang-bidang lainnya yang semakin kompleks. Islam
sebagai agama yang tawazun, tidak melarang manusia memanfatkan berbagai macam
teknologi saat ini. Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk ciptaan Allah
S.W.T. yang paling sempurna sekaligus sebagai khalifah di bumi, manusia perlu
mengungkap seluruh nikmat Allah yang masih tersembunyi dengan Ilmu pengetahuan
sebagai wujud syukur manusia terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah S.W.T.
Ilmu pengetahuan tersebut dikembangkan menjadi teknologi yang mampu mempermudah
manusia untuk hidup di dunia. Tidaklah heran bila Islam mewajibkan umatnya
untuk menuntut ilmu, bahkan dalam hadist mengatakan
“ Tuntutlah
ilmu walau ke negeri Cina ”
Allah S.W.T. juga akan memberikan karunia
yang melimpah bagi orang yang
mau menuntut ilmu.
Dalam surah Al-Alaq ayat 1, Allah S.W.T. berfirman:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.”
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa manusia telah
diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman.
Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah
dengan bismi rabbika,
yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam.
Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan manusia. Hal ini mengakibatkan terjadinya perkembangan ilmu dan
pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dapat
berdampak positif maupun dampak negatif. di satu sisi memang berdampak positif,
yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern yang
tersedia untuk pendidikan, industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya,
terbukti amat bermanfaat. Dengan adanya jaringan telekomunikasi orang yang terpisahkan
ratusan kilometer jaraknya mampu berkomunikasi dengan baik seolah seperti
berdekatan. Contoh lainnya ditemukannya mesin jahit, dalam 1 menit bisa
dilakukan sekitar 7000 tusukan jarum jahit. Bandingkan kalau kita menjahit
dengan tangan, hanya bisa 23 tusukan per menit. Sungguh luar biasa perkembangan
iptek bagi kehidupan manusia.
Di sisi lain, iptek juga mampu berdampak negatif karena dianggap
merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Bom atom telah
menewaskan ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Pada
tahun 1995, Elizabetta, seorang bayi Italia, lahir dari rahim bibinya setelah
dua tahun ibunya bernama Luigi meninggal. Ovum dan sperma orang tuanya yang
asli, ternyata telah disimpan dalam tabung dan kemudian baru dititipkan pada
bibinya, Elenna adik Luigi. Bayi tabung di Barat bisa berjalan walaupun asal
usul sperma dan ovumnya bukan dari suami isteri.
Bioteknologi dapat digunakan untuk mengubah mikroorganisme yang sudah berbahaya, menjadi lebih berbahaya, misalnya mengubah sifat genetik virus influenza hingga mampu membunuh manusia dalam beberapa menit saja. Kloning hewan rintisan Ian Willmut yang sukses menghasilkan domba kloning bernama Dolly, akhir-akhir ini diterapkan pada manusia (human cloning). Lingkungan hidup seperti laut, atmosfer udara, dan hutan juga tak sedikit mengalami kerusakan dan pencemaran yang sangat parah dan berbahaya. Beberapa varian tanaman pangan hasil rekayasa genetika juga diindikasikan berbahaya bagi kesehatan manusia. Tak sedikit yang memanfaatkan teknologi internet sebagai sarana untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime) dan untuk mengakses pornografi, kekerasan, dan perjudian.
Bioteknologi dapat digunakan untuk mengubah mikroorganisme yang sudah berbahaya, menjadi lebih berbahaya, misalnya mengubah sifat genetik virus influenza hingga mampu membunuh manusia dalam beberapa menit saja. Kloning hewan rintisan Ian Willmut yang sukses menghasilkan domba kloning bernama Dolly, akhir-akhir ini diterapkan pada manusia (human cloning). Lingkungan hidup seperti laut, atmosfer udara, dan hutan juga tak sedikit mengalami kerusakan dan pencemaran yang sangat parah dan berbahaya. Beberapa varian tanaman pangan hasil rekayasa genetika juga diindikasikan berbahaya bagi kesehatan manusia. Tak sedikit yang memanfaatkan teknologi internet sebagai sarana untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime) dan untuk mengakses pornografi, kekerasan, dan perjudian.
Dari uraian di atas kita bisa tahu bahwa peran agama sebagai
pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali. Mampukah agama
memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya
mengeliminasi dampak negatifnya seminimal mungkin? Sejauh manakah agama Islam
dapat berperan dalam mengendalikan perkembangan teknologi modern? Tugas kita
sebagai satu-satunya khalifah di bumi yang paling sempurna adalah mampu
memilah-milah perkembangan iptek yang sesuai dengan ajaran islam tanpa harus
berpikir kolot.
Jadi,
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge),
tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati
dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam
bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena
manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi. Pada Zaman (Era sekarang)
Pendidikan Agama dan iptek sangatlah penting karena apa ? Apabila kita memiliki
kemampuan yang hebat dan bisa membuat sesuatu pasti kita harus memiliki
tujuannya untuk kebaikan / Kejahatan untuk menghindari hal tersebut (Kejahatan)
kita setiap umat beragama pasti memiliki Filter Iman yang kokoh untuk mengingat
akan dosa terhadap perlakuan yang kita dapat apabila kita melakukan hal
tersebut. Peran Agama didalam dunia Teknologi sekarang sangatlah penting
dikarenakan hal – hal kejahatan didunia internet lebih banyak,Maka dari itu
kita harus selalu ingat dan sadar bahwa sahnya Tuhan selalu melihat kita dan
memperhatikan setiap tingkah laku kita sebagai Umat-Nya. Mari gunakan IPTEK dan
Tingkatkan lagi Tingkat ketaqwaan kita kepada Tuhan Semoga segala kegiatan kita
selalu dapat nilai Ibadah. Aamiin
Referensi :
1. Renkdisah
2. YasminSekara
0 coment�rios:
Posting Komentar